Beberapa saat setelah kami duduk, datang lah seorang lelaki tua dengan perawakan kurus dan pakaian lusuh datang dan menghampiri kami untuk meminta-minta. Dengan rasa kasihan dan keinginan untuk membantu bapak tadi, aku pun memberikan uang pecahan Rp500 dari kantong ku kepadanya.
Tak lama setelah bapak tadi pergi, datanglah seorang wanita gemuk paruh baya yang mengenakan daster dan berselempang selendang di pundaknya. Ia juga menghampiri kami dan meminta-minta. Kali ini temanku yang memberinya sejumlah uang receh. Karena stok receh di kantongku sudah habis, sayang kan kalo dikasih uang kertas. Maklum tiap hari pun juga harus menghemat hehe. Setelah menerima uang dari temanku, ibu tadi pun pergi dengan wajah sumringah.
Setelah ibu tadi pergi, selang berapa lama datang lagi seorang nenek tua dengan jalan agak pincang datang menghampiri kami. Aku dan temanku pun sudah mulai merasa tidak nyaman. Kapan kami bisa menikmati hidangan kami kalau mereka terus dan terus datang. Dengan perasaan agak sebel kami pun membiarkan nenek tadi dengan harapan agar beliau segera pergi dengan sendirinya. Agak lama kami menunggu, tapi nenek tadi masih setia berdiri di sana dengan tangan menadah. Kami pun menggelengkan kepala sambil mengangkat tangan sebagai isyarat bahwa kami tak mau memberinya uang. Akhirnya nenek tadi beranjak. Akan tetapi ada hal yang membuatku kaget, saat nenek tadi beranjak dia sembari menggerutu dengan bahasa jawa dan memperlihatkan wajah tak bersahabat.
Untuk kawasan Kampus UNDIP memang baru-baru ini mulai banyak diserbu pengemis. Sebelumnya mereka beserta di temani pengamen tersebar di kawasan Jalan Pahlawan dan Simpang Lima. Saking banyaknya, sampai akhirnya pemkot melarang pengemis dan pengamen di kawasan tersebut dengan melakukan razia setiap malam oleh satpol PP. Entah mungkin karena banyak masyarakat yang terganggu dengan mereka saat menikmati malam di Landmark Kota Semarang tersebut.
Aku pun berharap semoga Pemkot juga segera menindak mereka yang mulai menyerbu kawasan Kampus UNDIP. Karena dirasa keberadaan mereka sudah membuat tak nyaman. Bukan maksudku untuk anti-sosial dengan menyingkirkan mereka sebagai kaum lemah. Akan tetapi jika keberadaan yang mulai mengganggu aktivitas masyarakat, apalagi menggerutu saat seseorang tak memberinya uang atau bahkan memaksa untuk memberi uang, menurut ku itu sudah tak ada bedanya dengan memalak dan harus ditindak.
Di lain pihak aku pun juga berharap semoga pemerintah semakin peduli dengan kaum-kaum miskin serta memberi mereka bantuan agar mereka tak harus meminta-minta di kota.
Kunjungi juga : http://sosbud.kompasiana.com/2013/06/23/5-menit-duduk-3-kali-didatangi-pengemis-571298.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar