Minggu, 13 Juli 2014

Menjelajahi Eksotisme Sungai Kapuas di Jantung Borneo



Sintang, sebuah kota kecil jauh di Jantung Pulau Kalimantan. Tepatnya di Provinsi Kalimantan Barat dan bisa ditempuh selama 10 jam melalui perjalanan darat via Pontianak



 Terdapat pertemuan antara sungai kapuas; sungai terpanjang di Indonesia dengan Sungai Melawi. Menjelajahi eksotisme sungai ini seakan tiada habisnya. Walau musim kemarau membuat permukaan sungai surut, tapi tak mengurangi keindahan panoramanya.
Saat paling tepat untuk dapat menikmatinya adalah senja hari di Gazebo depan kantor Bupati Sintang.








 Kalian bisa duduk bersantai dan bercengkrama sembari menunggu terbenamnya matahari atau menikmati hidangan lezat dari restoran-restoran terapung yang berjejer di pinggiran sungai.






Kalau bercengkrama di Gazebo masih kurang greget, kalian bisa mencoba turun dan nyemplung ke pinggiran sungai, untuk sekedar melihat alam sekitar dan bermain air. Tapi hati-hati karena sungainya sangat dalam. Hal ini hanya bisa dilakukan saat air sungai sedang surut. Karena di musim penghujan, permukaan air bisa naik 3 meter dari permukaan sekarang.





Beranjak dari Kantor Bupati. Kita bisa menikmati pertmuan sungai melawi dan kapuas dari Keraton Kerajaan Sintang dan Masjid tertua di Sintang. Sekalian Berwisata sejarah dan Religi. Lokasinya sekitar 10 menit dari lokasi awal dengan terlebih dahulu menyeberangi sungai melawi.







Keraton dan Masjid ini berlokasi Tepat di depan Pertemuan dua sungai tersebut. Sehingga tempat ini menjadi tempat andalan untuk menikmati keindahannya. Dari depan Masjid mata akan langsung terpampang 3 pemandangan sekaligus. Luasnya air sungai, rumah-rumah dan ruko di seberang dan hijau nya hamparan hutan di pinggiran kota.
dokumentasi pribadi


dokumentasi pribadi

dokumentasi pribadi

dokumentasi pribadi

dokumentasi pribadi

Tempat ini merupakan tempat yang wajib di kunjungi jika berkunjung di Kota Sintang. Spot terbaik untuk mengamati keindahan pertemuan sungai Kapuas dan sungai Melawi. Sembari duduk santai menikmati aneka kuliner khas Kota Sintang.

Minggu, 14 Juli 2013

Banjir Kanal Barat Semarang, Riwayatmu Kini.

Setelah sekian lama merantau di pulau seberang. Ketika perjalanan pulang melintasi Kota Semarang, ada pemandangan yang berbeda dan membuatku cukup kaget. Yaitu Banjir Kanal Barat. Masih sangat jelas di benak ku bagaimana keadaanya sebelum aku berangkat ke pulau seberang tadi

http://myzone.okezone.com/content/read/2011/03/12/4680/

Tetapi kondisi sekarang sudah sangat jauh berubah. Aku pun sampai terkaget keheranan melihatnya. Walau airnya tidak biru, tapi sungainya bersih tanpa sampah. Dengan jogging track, taman, pagar pembatas, serta lampu hias di sepanjang sungai. tak hanya di satu sudut saja, bahkan pemandangan serupa bisa kalian jumpai dari hulu sampai hilir kanal tersebut.










http://www.tribunnews.com/images/view/563532/banjir-kanal-barat-kota-semarang


http://youcansee-whatisee.blogspot.com/2012/06/banjir-kanal-barat-part2-semarang.html


Tempat ini pun sekarang menjadi tempat favorit warga semarang untung berkumpul dan menghabiskan waktu di sore dan malam hari.

http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2012/11/05/134681/Normalisasi-Banjirkanal-Barat-Diperkirakan-Molor


Salut dengan Pemkot Semarang atas program pembenahan wajah kotanya, terutama Banjir Kanal Barat. Walaupun masih banyak kekurangan di sana-sini, tetapi telah memberikan wajah baru nan segar bagi Kota Semarang. Dan nantinya para wisatawan yang akan menuju pusat Kota Semarang dari Bandara Ahmad Yani Semarang akan disuguhi eksotisme Sungai Banjir Kanal Barat Semarang ini. 

Numpang Narsis dulu ya di Banjir Kanal Barat ini,,,,,,,,




5 Menit Duduk, 3 Kali Didatangi Pengemis


Jumat pekan ini, selesai menjalankan sholat jumat, aku dan temanku terpaksa menghampiri salah satu warteg di jalan Ngesrep Timur, Kawasan Kampus UNDIP Semarang dikarenakan gejolak perut yang sudah tak tertahankan. Kami pun segera memesan makanan dan duduk. Kebetulan pengunjung di warteg tersebut hanya kami berdua.

Beberapa saat setelah kami duduk, datang lah seorang lelaki tua dengan perawakan kurus dan pakaian lusuh datang dan menghampiri kami untuk meminta-minta. Dengan rasa kasihan dan keinginan untuk membantu bapak tadi, aku pun memberikan uang pecahan Rp500 dari kantong ku kepadanya.

Tak lama setelah bapak tadi pergi, datanglah seorang wanita gemuk paruh baya yang mengenakan daster dan berselempang selendang di pundaknya. Ia juga menghampiri kami dan meminta-minta. Kali ini temanku yang memberinya sejumlah uang receh. Karena stok receh di kantongku sudah habis, sayang kan kalo dikasih uang kertas. Maklum tiap hari pun juga harus menghemat hehe. Setelah menerima uang dari temanku, ibu tadi pun pergi dengan wajah sumringah.

Setelah ibu tadi pergi, selang berapa lama datang lagi seorang nenek tua dengan jalan agak pincang datang menghampiri kami. Aku dan temanku pun sudah mulai merasa tidak nyaman. Kapan kami bisa menikmati hidangan kami kalau mereka terus dan terus datang. Dengan perasaan agak sebel kami pun membiarkan nenek tadi dengan harapan agar beliau segera pergi dengan sendirinya. Agak lama kami menunggu, tapi nenek tadi masih setia berdiri di sana dengan tangan menadah. Kami pun menggelengkan kepala sambil mengangkat tangan sebagai isyarat bahwa kami tak mau memberinya uang. Akhirnya nenek tadi beranjak. Akan tetapi ada hal yang membuatku kaget, saat nenek tadi beranjak dia sembari menggerutu dengan bahasa jawa dan memperlihatkan wajah tak bersahabat.

Untuk kawasan Kampus UNDIP memang baru-baru ini mulai banyak diserbu pengemis. Sebelumnya mereka beserta di temani pengamen tersebar di kawasan Jalan Pahlawan dan Simpang Lima. Saking banyaknya, sampai akhirnya pemkot melarang pengemis dan pengamen di kawasan tersebut dengan melakukan razia setiap malam oleh satpol PP. Entah mungkin karena banyak masyarakat yang terganggu dengan mereka saat menikmati malam di Landmark Kota Semarang tersebut.

Aku pun berharap semoga Pemkot juga segera menindak mereka yang mulai menyerbu kawasan Kampus UNDIP. Karena dirasa keberadaan mereka sudah membuat tak nyaman. Bukan maksudku untuk anti-sosial dengan menyingkirkan mereka sebagai kaum lemah. Akan tetapi jika keberadaan yang mulai mengganggu aktivitas masyarakat, apalagi menggerutu saat seseorang tak memberinya uang atau bahkan memaksa untuk memberi uang, menurut ku itu sudah tak ada bedanya dengan memalak dan harus ditindak.

Di lain pihak aku pun juga berharap semoga pemerintah semakin peduli dengan kaum-kaum miskin serta memberi mereka bantuan agar mereka tak harus meminta-minta di kota.

Kunjungi juga : http://sosbud.kompasiana.com/2013/06/23/5-menit-duduk-3-kali-didatangi-pengemis-571298.html

Anak yang Harus Menanggung Dosa Orang Tuanya

Akhir November 2012 lalu, seorang bayi laki-laki bernama Adit tergolek lemah di rawat di ICU RSUP dr. Kariadi Semarang. Bayi itu adalah anak angkat dari ibu Siti (samaran) dan Pak Ilham (Samaran). Sudah sebulan lebih bayi itu menjalani perawatan dengan kondisi yang semakin memburuk. Dan akhir akhir tahun 2012, bayi yang tak bersalah itu harus menyerah melawat kondisinya.

Kejadian ini berawal ketika Ibu Siti dan Pak Ilham yang telah beberapa tahun menikah, namun pasangan suami istri tersebut tak kunjung dikaruniai buah hati. Dengan hasrat besar untuk memiliki buah hati, akhirnya pasangan tersebut mengangkat anak dengan harapan sebagai pancingan agar sang istri dapat hamil (anak pancingan).

 Harapan pasangan ini pun menjadi kenyataan. Sang istri pun akhirnya hamil. Namun masalah ini mulai muncul. Bayi yang mereka adopsi mulai sering sakit-sakitan. Dan pada kalanya sampai si bayi tersebut tak sadar dan sampai dilarikan ke RSUP Kariadi Semarang. Dokter yang memeriksa mengatakan kalau si Bayi mengalami kelainan hati, dan harus segera mendapatkan cangkok hati.

Karena Bu Siti dan Pak Ilham bukanlah orang tua biologis dari bayi tersebut, maka keduanya tak bisa mencangkokan hati mereka untuk bayi kesayangan mereka. Dan terpaksalah mereka harus mencari si orang tua biologis dari bayi tersebut. Pencarian pun berlangsung lama sehingga si bayi harus tergolek tak berdaya di ICU menunggu orang tua biologisnya untuk mencangkokkan hatinya demi kelangsungan hidup bayi tersebut.

Ibu kandung dari bayi tersebut pun akhirnya ditemukan. Seorang wanita muda yang telah bersuami dan beranak satu. Ternyata bayi tersebut adalah anak di luar nikah dari ibu biologisnya. Dan parahnya, ibu nya pun tak tahu siapa ayah dari bayi tersebut. Berkali-kali ibu biologis bayi tersebut mencoba untuk menggugurkan kandungannya, sampai akhirnya dia mengurungkan niatnya dan membawa bayi hasil hubungan gelapnya ke panti asuhan. Akhirnya diketahui kelainan hati yang di alami bayi tersebut adalah buah dari usaha sang ibu untuk menggugurkannya.

Bu Siti dan Pak Ilham pun meminta agar wanita tersebut untuk menyumbangkan hatinya demi kelangsungan hidup Adit. Namun celakanya wanita tersebut beserta keluarganya menolak. Pihak suami dan orang tua dari wanita tersebut beralasan bahwa mereka telah menutup aib keluarganya. Dan jika wanita tadi mencangkokkan hatinya, pihak keluarga takut kalau orang-orang akan tahu kalau anak mereka punya anak diluar nikah sehingga akan merendahkan martabat keluarga mereka.

 Akhirnya dengan wajah lesu, pak Ilham dan Bu Siti harus kembali ke rumah sakit dengan tangan hampa. Dua bulan telah berlalu, dan kondisi Adit semakin lemah. Pak Ilham dan Bu Siti telah menghabiskan ratusan juta untuk merawat adit, anak angkat mereka. Sementara pasangan tersebut pun bukan dari keluarga tak mampu.

Atas persetujuan Pak Ilham dan Bu Siti, akhirnya mereka harus merelakan Adit untuk dipanggil ke pangkuan Tuhan.

Sungguh ironis! Bayi kecil yang tak berdosa harus menanggung derita yang amat berat karena dosa kedua orang tuanya. Dan demi gengsi dan martabat sang keluarga kandung. Bayi kecil yang tak berdosa harus terenggut kesempatannya untuk hidup.